Saturday, October 18, 2008
Sejarah Bordir
Hiasan bordir memiliki proses perjalanan cukup panjang sejak dahulu kala. Kini, seni hiasan bordir dapat ditemukan di mana-mana dan setiap daerah memiliki ciri khas tersendiri. Pada dasarnya, hampir tiap-tiap negara di dunia ini memiliki sejarah dan cerita unik mengenai seni hiasan bordir. Dan ketika dikeluarkan pertama barang tersebut pun merupakan sesuatu yang mewah. Hanya bisa dimiliki oleh orang-orang tertentu saja. Hal ini terjadi di Byzantium pada tahun 330 sesudah Masehi sampai abad ke-15. Pada zaman tersebut hiasan dipadukan dengan ornamen dari emas.
Bordir sebuah seni yang memadukan dekorasi sulaman pada kain. Alat bantunya jarum dan benang.
Pada zaman Mesir Kuno hiasan bordir sudah ada. Buktinya, pada pusara ada lukisan yang memberikan indikasi mengenai keberadaan hiasan bordir. Misalnya saja, terdapat hiasan bordir pada pakaian, pelapis tempat duduk, gantungan bahkan tenda.
Selain itu, bangsa Yunani kuno pun juga mengenal hiasan bordir. Hal ini dibuktikan pada lukisan yang terdapat di vas. Ini dari abad ke-7 dan ke-6 sebelum Masehi. Agaknya di sana kemudian berkembang dan dipadukan dengan bahan kain.
Itu sedikit sejarah singkat yang terjadi di Eropa Timur.
Sementara, di Asia sendiri sudah ada cerita dari Dinasti Tang (618-907 sesudah Masehi). Hiasan bordir mencapai puncaknya saat Dinasti Cing yang bertakhta. Pasalnya, kala itu jubah kerajaan yang terbuat dari sutera diramaikan oleh hiasan bordir merupakan contoh terbaik karya bordir Cina. Ini terjadi dari tahun 1644 hingga 1912.
Di benua Asia, selain Cina ada India yang punya ciri khas tersendiri dalam seni hiasan bordir ini. Di India, hiasan ini merupakan salah satu kerajinan kuno. Sampai-sampai benda yang satu ini pun tidak luput dari perdagangan India Timur. Buktinya, hiasan bordir asal India bisa masuk ke Eropa pada abad ke-17 dan ke-18.
Kala itu motif hiasan bordir tidak jauh-jauh dari bentuk aneka tetumbuhan dan bunga-bunga. Belum lagi ada pepohonan yang sedang berbunga. Akhirnya, motif indah ini diserap oleh orang-orang Inggris. Akhirnya Inggris pun tidak ketinggalan dalam meramaikan seni hiasan bordir.
Sekali masuk ke Eropa Barat tentu saja negara di Eropa lainnya pun tersangkut-paut. Misalnya saja hiasan bordir di negeri Belanda. Baru pada abad ke-17 dan ke-18, keluarlah hiasan bordir pada kain sutera di negeri kincir angin tersebut.
Abad ke-20
Nah, hiasan bordir berwarna mulai ramai pada pertengahan abad ke-20. Di Yordania, Turki dan Bokhara terdapat hiasan bordir pada sutera yang mengikuti motif bunga-bunga yang marak warnanya. Turki sendiri telah menciptakan hiasan bordir yang memadukan emas dengan sutera berwarna tepatnya dimulai pada sekitar abad ke-16. Sampai hiasan bunga Tulip khas negeri Belanda pun tidak terlewatkan dari desain bangsa Turki tersebut.
Hiasan ini pun berkembang pesat di benua Amerika. Ada dekorasi bordir yang dipengaruhi oleh budaya suku Indian. Misalnya ada tambahan bulu-bulu pada hiasan bordirnya. Lalu, di daratan Amerika Selatan, tentunya hiasan bordir dipengaruhi oleh nuansa-nuansa berbau Spanyol. Sampai akhirnya, hiasan bordir tersebut ikut meramaikan padang rumput di bagian Afrika Barat dan Zaire sebagai hiasan yang sedap dipandang oleh mata.
Terbukti, masing-masing daerah, bahkan negara memiliki sejarah dan perkembangan unik mengenai dunia hiasan bordir. Patut kita berterima kasih kepada budaya zaman dahulu kala yang memulai hiasan bordir ini, sebab dengan adanya benang dan jarum yang berhasil dipadukan dengan bahan kain, lapangan pekerjaan dan roda pergerakan ekonomi berhasil terbantu. Hal ini setidaknya berlaku di Indonesia, kala krisis ekonomi menghimpit bangsa ini!
Sumber : sinar harapan.co.id
Friday, October 17, 2008
Thursday, August 28, 2008
Bukittinggi tour, Accomodations and transportations
PAKET TOUR PADANG - BUKITTINGGI 4H/3M
Rp 1.500.000 / org (Tidak Termasuk ticket penerbanagan)
Hari 1 : Padang - Bukittinggi
* Tiba di Bandara International Minangkabau
* Menuju Bukittinggi
* Singgah di Lembah Anai
* Makan Siang di Pandang Panjang ( Minang Food Restaurant )
* Mengunjungi Pandai Sikek, Kerajinan Songket, Ukiran Kayu
* Sampai di Bukittinggi, Check in di Hotel Grand Malindo
* Makan malam di Hotel atau Minang Restaurant
Hari 2 : Bukittinggi- Minangkabau Tour
* Sarapan Pagi di Hotel
* Mengunjungi Sulaman dan Bordiran tempatan
* Mengunjungi Payakumbuh, Panorama Alam dan Air terjun
* Menuju Tabek Patah, Pembuatan kopi dan kripik pisang
* Menuju Batusangkar melihat istana raja Pagaruyung
* Makan Siang di pondok Flora ( Ikan Bakar Speciality )
* Menuju Danau Singkarak
* Kembali Ke bukittinggi
* Makan Malam
Hari 3 : Bukittinggi - City Tour
* Sarapan Pagi di Hotel
* Menuju Panorama Sianok
* Free Program ( Shopping )
* Mengunjungi Batu Malin kundang atau Danau Kembar
* Mengunjungi Danau Maninjau
* Makan Malam
Hari 4 : Bukittinggi - Airport Padang
* Sarapan Pagi di Hotel
* Check out, Menuju Bandara international Minangkabau
Asia travel
jln Panorama no 13
Bukittinggi
West Sumatra
Sms or call +628126743492 or +6281933505586
BUKITTINGGI HOTEL
Kharisma Hotel
Jl. Jend. Sudirman 57 Bukittinggi +62752 626900
Nikita Hotel
Jl. Jend. Sudirman 55 Bukittinggi +62752 31629
Campago Hotel
Jl. Cempaka Guguk Bulek Bukittinggi +62752 642420
Royal Denai Hotel
Jl. Dr. A Rivai mo. 26 Bukittinggi +62752 32957
Pusako Hotel
Jl. Sukarno Hatta no. 7 Bukittinggi +62752 32111
The Hills, Novotel
Jl. Laras Datuk Bandaro Bukittinggi +62752 35000
BUKITTINGGI TRANSPORTATIONS
Mini Bus 5 Seater : Rp 450.000 / hari ( Full day tour )
Bus 11 Seater : Rp 1.000.000 / hari ( Jemput di Airport )
Bus 27 Seater : Rp 950.000 / hari ( Jemput di Airport )
Bus 27 Seater : Rp 1.100.000/ hari ( Full day tour )
Wednesday, July 2, 2008
Journey to Paradise
Sianok Canyon (Ngarai Sianok)
Ngarai Sianok adalah sebuah lembah curam (jurang) yang terletak di jantung kota Bukittinggi, Sumatera Barat. Lembah ini memanjang dan berkelok dari selatan ngarai Koto Gadang sampai di Ngarai Sianok Enam Suku, dan berakhir sampai Palupuh. Ngarai Sianok memiliki pemandangan yang indah dan menjadi salah satu objek wisata utama provinsi.
Jurang ini dalamnya sekitar 100 m membentang sepanjang 15 km dengan lebar sekitar 200 m dan merupakan bagian dari patahan yang memsiahkan Pulau Sumatra menjadi dua bagian memanjang (Patahan Semangko). Patahan ini membentuk dinding yang curam, bahkan tegak lurus dan membentuk lembah yang hijau - hasil dari gerakan turun kulit bumi (sinklinal) - yang dialiri Sungai Sianok yang airnya jernih. Di zaman kolonial Belanda, jurang ini disebut juga sebagai kerbau sanget, karena banyaknya kerbau liar yang hidup bebas di dasar ngarai.
Sungai Sianok kini bisa diarungi dengan menggunakan kano dan kayak yg disaranai oleh suatu organisasi olahraga air "Qurays". Rute yang ditempuh adalah dari Desa Lambah sampai Desa Sitingkai Batang Palupuh selama kira-kira 3,5 jam. Di tepiannya masih banyak dijumpai tumbuhan langka seperti rafflesia dan tumbuhan obat-obatan. Fauna yang dijumpai misalnya monyet ekor panjang, siamang, simpai, rusa, babi hutan, macan tutul, serta tapir.
sumber : Wikipedia Indonesia
Sikuai Island (Pulau Sikuai)
PERNAHKAH anda membayangkan satu tempat menakjubkan seperti surga? Hamparan pasir putih, deretan pepohonan kelapa yang tertata rapi, suasana sejuk, birunya laut, indahnya warna warni ikan dan terumbu karang, hijaunya pepohonan, lezatnya makanan serta asyiknya candaan aneka satwa? Semua keajaiban itu ada dalam satu paket khusus surga dunia di Pulau Sikuai.
Sikuai, sat
u dari 19 pulau yang termasuk dalam wilayah administratif Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar), tepatnya di Kecamatan Bungus Teluk Kabung seluas 38,6 Kilometer persegi atau sekitar 40 hektar.
Sikuai kini dikembangkan menjadi satu objek wisata bahari unggulan di Kota Padang. Pada pulau ini wisatawan bisa melakukan sejumlah aktivitas marina seperti snorkeling, diving, memancing, atau hanya berenang di atas jernihnya laut Pulau Sikuai sambil menikmati indahnya warna-warni biota laut termasuk terumbu karang.
Kawasan pulau itu perpaduan keindahan laut beserta isinya serta damainya pulau dengan hutan yang masih tertata alami tanpa sentuhan tangan-tangan jahil yang merusak.Sikuai kini dikembangkan menjadi satu objek wisata bahari unggulan di Kota Padang. Pada pulau ini wisatawan bisa melakukan sejumlah aktivitas marina seperti snorkeling, diving, memancing, atau hanya berenang di atas jernihnya laut Pulau Sikuai sambil menikmati indahnya warna-warni biota laut termasuk terumbu karang.
Wisatawan domestik asal Kota Padang, Afrianita yang berkunjung ke Pulau Sikuai, merasa nikmat berenang di tenangnya air laut Pulau Sikuai. Hanya dengan menyelam pada kedalaman beberapa meter saja, pengunjung telah bisa menikmati keindahan warna warni terumbu karang. Anda seperti berada pada akuarium raksasa dengan ragam keindahan biota laut dengan warna yang menarik. "Tidak perlu menyelam terlalu dalam, saya sudah bisa melihat ikan warna-warni, terumbu karang dan aneka biota laut lainnya," katanya dengan nada sumringah.
Puas berenang dan menyelam, pengunjung bisa menikmati aktivitas berjalan-jalan di sepanjang pantai berpasir putih bersih sambil mengumpulkan aneka jenis karang mati yang terdapat di kawasan tersebut. Pasir pantai tersebut sangat halus, padat dan bersih dari aneka jenis sampah sehingga sangat menyenangkan berjalan atau berlarian di atasnya.
Bagi para pengumpul karang, tentu aktivitas ini bisa menimbulkan keasyikan tersendiri karena banyak jenis karang unik dengan warna beragam bisa diperoleh untuk dibawa pulang. "Saya mengumpulkan kerang dan pasirnya untuk dibawa pulang dirangkai menjadi hiasan dinding," kata wisatawan asal Bukittinggi Sri mengaku berkunjung ke pulau impian itu bersama teman-temannya.
Setelah kelelahan mengumpulkan aneka jenis karang dan pasir tersebut, wisatawan bisa menikmati keindahan laut pantai sambil tiduran ditemani semilir angin pantai. Suasana itu terasa sangat damai, karena tidak ada suara bising. Yang ada hanya semilir hembusan angin, gesekan daun kelapa dan deburan ombak menemani tidur siang di pinggir pantai berhawa sejuk itu.
Hanya membutuhkan waktu sekitar 45 menit, pengunjung bisa menyelusuri sekeliling pulau sambil menyaksikan anek jenis hewan khas Sikuai, seperti biawak, monyek, serta ratusan jenis burung dengan warna yang beragam.
Pesona Pulau Sikuai terasa semakin menawan, tentu saja dengan menikmati indahnya warna merah keemasan matahari yang akan tenggelam. Sudut pandang ini terdapat pada satu bukit kecil terdapat di tengah-tengah pulau. Pada bukit itu terdapat beberapa tempat duduk yang dijadikan tempat bersantai sambil menunggu matahari tenggelam dan gelap datang menjelang. Suasana tersebut adalah satu moment yang ditunggu-tunggu para wisatawan yang datang berkunjung pada satu pulau terindah di Sumatera Barat itu.
Bagi yang hobi makan, di pulau ini juga tersedia satu unit restoran yang menyajikan aneka hidangan khas pantai yang tentu saja akan menambah nafsu makan. Pengunjung bisa memesan aneka jenis makanan dan minuman dengan harga terjangkau.
Paket 100 ribu
Jika anda membayangkan menikmati semua keindahan tersebut dengan biaya mahal, tentu saja salah. Manajemen Pulau Sikuai kini menawarkan harga khusus bagi pengunjung yang ingin menikmati surga itu hanya dengan dana Rp100 ribu.
Hanya butuh waktu 20 sampai 40 menit menyusuri laut yang tenang dan indah, sebelum akhirnya tiba di pulau impian itu. Jika membayangkan perjalanan akan membosankan, lagi-lagi anda salah.
Setiba di Pulau Sikuai dan turun dari kapal, pengunjung disambut segarnya air kelapa muda, seakan mengucapkan selamat datang kepada para tamu, dan setelah itu keajaiban demi keajaiban alam dimulai.
Melihat pemandangan danau dan bukit yang hijau mungkin sudah biasa. Akan tetapi, bagaimana rasanya menikmati pemandangan danau, bukit, dan kabut yang menjadi satu? Di Danau di Bawah, Sumatera Barat, adalah tempatnya.
Sumatera Barat dianugerahi kekayaan alam yang berupa bukit hijau dan danau-danau yang indah, seperti Danau Singkarak dan Danau Maninjau. Di Kota Alahan Panjang, Kabupaten Solok, terdapat Danau Kembar yang memesona. Dinamakan Danau kembar, karena ada dua danau di tempat ini, yaitu Danau di Atas dan Danau Di Bawah. Jaraknya hanya 65 kilometer dari Kota Padang.
Kedua danau ini berada di atas pegunungan. Danau Di Atas berada pada ketinggian 1.531 mdpl, sementara Danau Di Bawah berada pada ketinggian 1.663 mdpl. Danau di Atas memiliki pemandangan yang cantik dan terdapat beberapa penginapan serta fasilitas untuk wisatawan. Danau di Bawah pun tidak kalah cantik!
Meski tidak ada fasilitas berupa penginapan atau penyewaan perahu, pemandangan di danau ini sangat menggoda. Danau di Bawah memiliki pemandangan berupa danau, bukit, dan kabut yang menjadi satu. Kabutnya seperti awan yang menutupi perbukitannya. Cantiknya pemandangan ini akan membuat Anda jatuh cinta dan sulit ditemukan dimana pun.
Biasanya, hal seperti ini terlihat saat kabut turun. Saat itulah bukit-bukit di sekitar danaunya tertutup kabut dan menjadi pemandangan yang langka. Ditambah dengan air danau yang luas bagaikan cermin, tidak sedikit wisatawan yang berhenti di pinggir jalan untuk mengabadikannya dalam kamera.
Anda harus berhenti di pinggir jalan dan berhati-hati saat menyebrang jalan untuk menikmati sajian alam Danau di Bawah. Hijaunya bukit-bukti akan meneduhkan pandangan Anda. Jangan lupa untuk mengenakan jaket, karena di sini udaranya sangat dingin.
Setelah puas menikmati Danau di Bawah, Anda bisa beranjak ke Danau di Atas. Cukup satu kilometer perjalanan, Anda bisa menyewa perahu untuk berkeliling Danau di Atas dan menginap di penginapan pinggir danaunya.
Danau di Bawah merupakan ciptaan Tuhan yang masih alami. Bagi Anda pecinta fotografi, tempat ini wajib didatangi.
Tuesday, June 3, 2008
Belanja Bordir dan Sulaman di Jalan Bengkawas
Selain jalan-jalan melihat kawasan wisata, kegiatan yang paling asyik tentu saja belanja. Belanja sudah jadi tujuan wisatawan Malaysia yang datang ke Sumatera Barat. Bila menggunakan jasa agen travel, mereka sudah dibuatkan agenda belanja menjelang ke Bukittinggi.
Sebelum bus masuk ke Kota Bukittinggi, biasanya sang guide sudah mengumumkan bus akan berhenti di Jalan Bengkawan tempat wisatawan yang ingin belanja kain bordir dan sulaman, atau tenunan songket oleh-oleh khas Ranah Minang.
Di sepanjang Jalan Raya Bengkawas, ada lima rumah yang membuka gerai yang menjual kain yang dibordir dan disulam indah. Nah, disinilah tempat belanja kain bordir yang bermutu, mahal sedikit tidak apa-apa.Salah satu toko yang paling lengkap adalah toko Annisa.
Di rumah berlantai dua itu hampir semua barang khas Sumatera Barat ada. Mulai dari kebaya yang dibordir terawang, selendang yang bersulam benang emas, baju kurung yang dibordir, jilbab berhiat payet, mukena yang penuh bordir, baju koko untuk lelaki hingga songket tenunan pandai sikek dan songket silungkang. Selain itu juga dijual tas kain yang disulam, taplak meja, sprei, alas bantal.
Untuk kebaya dan baju kurung, bordir yang banyak digunakan adalah bordir terawang. Bordir terawang ini juga paling populer di Sumatera Barat bukan hanya untuk kebaya dan baju kurung tetapi juga untuk taplak meja, tas, dan sprei. Cara membuat bordir terawang ini cukup rumit, sebelum kain dibordir, serat-serat kain dicabut dulu, kemudian ada bagian serat kain yang diikat kembali, baru dibordir sesuai dengan motif yang diinginkan.
Saat berkunjung ke Toko Annisa minggu lalu, dua bus pariwisata yang membawa wisatawan lokal berhenti di halamannya. Puluhan wisatawan Malaysia yang kebanyakan perempuan itu seperti kalap, sibuk memilih kebaya dan bahan kain untuk baju kurung. Ada juga yang mencoba mukena dan jilbab. Lima pelayan toko mondar-mandir melayani mereka, sedangkan para pria lebih banyak duduk di kursi tamu yang disediakan sambil menikmarti segelas kopi susu gratis.
Mahal Sedikit Tidak Apa-Apa
Dibandingkan di pasar di Bukittinggi dan Padang, barang yang dijual terlihat memang pilihan. Warna dan desain bordir serta sulamannya terkesan dibuat dibuat khusus dan tidak pasaran. Namun harga juga lebih tinggi,mungkin karena mutunya bagus.
Sebuah jilbab yang berhias manik-manik misalnya, dilabel Rp160 ribu, namun kainnya bagus dan hiasannya indah. Sementara jilbab berhias manik di Pasar Atas Bukittinggi dijual rata-rata Rp2o ribu, tetapi mutunya kalah jauh.
Azizah, seorang wisatawan asal Kualalumpur yang saat itu sedang berbelanja mengatakan untuk kedua kalinya ia ke tempat itu. Hari pertama saat dibawa biro perjalanan untuk belanja dia hanya lihat-lihat, survei dulu.
"Barangnya memang bagus, tetapi saya mau cari di tempat lain mungkin harganya lebih miring," katanya.
Saat menginap di Bukittinggi, ia menyempatkan diri belanja di Pasar Atas yang letaknya tidak jauh dari Jam Gadang, maskot kota itu.
"Tapi saya langsung terkejut saat nanya harga mukena yang banyak bordirnya, ditawar Rp2 juta oleh pedagang, aduh mahalnya, saya bingung mau menawar berapa, akhirnya tak jadi beli," kata karyawan perusahaan penyedia alat-alat kesehatan di Malaysia ini.Untungnya bus travel yang membawanya mau mengantarnya berbelanja lagi ke toko-toko sepanjang Jalan Bengkawas.
Untuk wisatawan yang melancong ke Bukittinggi, dari pada lelah tawar menawar di pasar tradisional, memang lebih baik ke toko-toko khusus. Sebenarnya harganya hampir sama dengan di Pasar Atas Bukittinggi, kelebihan lainnya, tidak lelah memilih karena barangnya rata-rata bagus, tidak lelah tawar menawar yang terkadang amat alot dengan pedagang dan aman dari copet yang sering berkeliaran di pasar Bukittinggi.
Sepotong kebaya yang dibordir harganya Rp200- ribu Rp 1,5 juta. Bahan dasar kebaya dari katun, organdi (kain berbahan halus transparan) dan sutra. Begitu pula dengan baju kurung , kisaran harganya sama, tergantung jenis kain.
Mukena yang dihias bordir dijual mulai Rp75 ribu sampai Rp1 juta. Jenis barang bordir yang lain seperti taplak meja, sprei dan sarung bantal berkisar Rp50 hingga Rp400 ribu.
Indrawati pemilik toko Anissa menjaminl kain yang dijual ditempatnya tidak akan sama dengan produk di tempat lain, karena motif dan warna bordirannya ia rancang sendiri dan dibordir penjahit yang bekerja dengannya.
sumber : www.padangkini.com
Monday, June 2, 2008
Our Boutique
Sulaman & Bordiran ANNISA
Jl. Raya Bengkawas No.9 Km.3 Bukittinggi 26111
West Sumatra Indonesia T +62752 21305
Our Bukittinggi
Bukittinggi (Indonesian for "high hill") is one of the larger cities in West Sumatra, Indonesia, with a population of over 91,000 people and an area of 25.24 km². It is situated in the Minangkabau highlands, 90 km by road from the West Sumatran capital city of Padang. It is located at [show location on an interactive map] 0°18′20″S, 100°22′9″E, near the volcanoes Mount Singgalang (inactive) and Mount Marapi (still active). At 930 m above sea level, the city has a cool climate with temperatures between 16.1°-24.9°C.
History
The city has its origins in five villages which served as the basis for a marketplace.
The city was known as Fort de Kock during colonial times in reference to the Dutch outpost established here in 1825 during the Padri War. The fort was founded by Captain Bauer at the top of Jirek hill and later named after the then Lieutenant Governor-General of the Dutch East Indies, Hendrik Merkus de Kock.
The first road connecting the region with the west coast was built between 1833 and 1841 via the Anai Gorge, easing troop movements, cutting the costs of transportation and providing an economic stimulus for the agricultural economy.
In 1856 a teacher-training college (Kweekschool) was founded in the city, the first in Sumatra, as part of a policy to provide educational opportunities to the indigenous population.[4] A rail line connecting the city with Payakumbuh and Padang was constructed between 1891 and 1894.
During the Japanese occupation of Indonesia in World War II, the city was the headquarters for the Japanese 25th Army, the force which occupied Sumatra. The headquarters was moved to the city in April 1943 from Singapore, and remained until the Japanese surrender in August 1945.
During the Indonesian National Revolution, the city was the headquarters for the Emergency Government of the Republic of Indonesia (PDRI) from December 19, 1948 to July 13, 1949. During the second 'Police Action' Dutch forces invaded and occupied the city on December 22, 1948, having earlier bombed it in preparation. The city was surrendered to Republican officials in December 1949 after the Dutch government recognized Indonesian sovereignty.
The city was officially renamed Bukittinggi in 1949, replacing its colonial name. From 1950 until 1957, Bukittinggi was the capital city of a province called Central Sumatra, which encompassed West Sumatra, Riau and Jambi. In February 1958, during a revolt in Sumatra against the Indonesian government, rebels proclaimed the Revolutionary Government of the Republic of Indonesia (PRRI) in Bukittinggi. The Indonesian government had recaptured the town by May the same year.
Administration
Bukittinggi is divided in 3 subdistricts (kecamatan), which are further divided into 5 villages (nagari) and 24 kelurahan. The subdistricts are:
Guguk Panjang, Mandiangin Koto Selayan, and Aur Birugo Tigo Baleh.
Transport
Bukittinggi is connected to Padang by road, though a dysfunctional railway line also exists.
Tourism
It is a city popular with tourists due to the climate and central location. Attractions within the city include:
* Ngarai Sianok (Sianok Canyon)
* Lobang Jepang (Japanese Caves) - a network of underground bunkers & tunnels built by the Japanese during World War II
* Jam Gadang - a large clock tower built by the Dutch in 1926.
* Pasar Atas and Pasar Bawah markets
* Taman Bundo Kanduang park. The park includes a replica Rumah Gadang (literally: big house, with the distinctive Minangkabau roof architecture) used as a museum of Minangkabau culture, and a zoo. The Dutch hilltop outpost Fort de Kock is connected to the zoo by the Limpapeh pedestrian overpass.
Notable nearby destinations include Lake Maninjau and the Harau Valley.
Subscribe to:
Posts (Atom)